Syahadat Sampai Mati

Hari Selasa Malam, tanggal 27 Maret 2012 yang lalu bukan secara kebetulan saya ikut acara Shalat Istighosah, yang alhamdulilah baru pertamakalinya saya laksanakan. Tidak yang aneh pada tatacaranya, cuma beda di bacaan surah setelah al-Fatihah, dan setelah salam di rekaat kedua disusul dengan sujud sambil membaca do’a permohonan pertolongan dari bala dunia dan akhirat.

Setelah sholat Istighosah selesai kemudian dilanjutkan dengan khutbah umum yang dibawakan oleh Habib Husein Al Kaff dari Gegerkalong sana. Tulisan ini selain untuk menambah kemampuan menulis, juga sebagai media pengingat apa yang telah di-“tangkap” dan dipelajari, oleh karena itu mudah-mudahan gak banyak yang lupa. Berikut laporannya, mohon disimak, kalau ada yang tidak mengerti boleh posting komentar, kalau belum puas dengan jawabannya silahkan ngacung di perempatan jalan sambil loncat-loncat, biar lebih dramatis bisa ditambah juga sambil teriak-teriak.

Tafsir singkat “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin

Ada yang tau apa arti kalimat “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin“? pasti kebanyakan jawabannya adalah “Segala pujian hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam” betul??

Makna kata “Rabbil

Menurut penjelasan Habib, ya itu tadi, Habib Husein al-Kaff, bahwa kata “Rabbil” mempunyai makna “Penjaga, Pemelihara” atau kalau melihat sumber dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Tarbiyah, mempunyai makna secara etimologi yang salah satunya adalah Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahutawallaa amrahusasa-ahuuwa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing-masing adalah memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik). Berarti, Allah TIDAK menciptakan alam beserta isinya lalu kemudian “diam” atau “mengabaikannya”, dengan terciptanya alam dan isinya, maka Allah dengan Dzat-Nya kemudian secara berkesinambungan, kontinyu memelihara, menjaga, memperbaikinya, tidak ada yang terlewat dari pemeliharaan-Nya, tidak ada ada yang luput dari penjagaan-Nya, tidak ada yang terabaikan dari perbaikan-Nya.

Makna kata “‘Alamin

Kata ‘alamin adalah bentuk jamak dari ‘alam atau alam, artinya bahwa seluruh jenis alam yang ada, ada alam manusia, alam binatang, alam ruh, alam malaikat, alam jin, alam hewan, alam barzah, alam kubur, dan alam2 lainnya.

Sehingga kalimat “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin” mempunyai arti bahwa Segala pujian hanyalah kepunyaan Allah, Yang Maha Pemelihara, Penjaga dan Pengurus segala jenis alam. Sebagai bentuk syukur atau terimakasih atas segala kenikmatan yang telah diterima, sedang diterima, dan yang akan diterima.

Rasa Syukur terbesar adalah dengan menjadi Manusia

Pertama denger, saya bingung, kenapa menjadi Manusia menjadi rasa syukur terbesar? Bukankan manusia itu fana, lemah, fakir, dan lain sebagainya? Lalu apakah yang disyukuri itu karena kita sebagai manusia diberi kehidupan? Diberi rejeki?

Ternyata… memang tidak salah juga pertanyaan dihati saya, karena setelah mendengarkan penjelasan yang singkat tapi cukup panjang, akhirnya mengerti juga.

Mengapa sebagai Manusia? Karena Manusia adalah satu-satunya mahluk yang ada di seluruh alam yang diberikan kelebihan khusus, yaitu:

  1. Manusia diberikan rasa untuk menikmati makanan dan minuman dengan diberi rasa lapar dan kenyang | tapi kan binatang juga sama! | Apa binatang diberi kenikmatan untuk merasakan, mengecap berbagai macam variasi rasa?
  2. Manusia diberikan nafsu sehingga bisa memilih mau jadi apa, malaikat atau jin? | Keburukan, kesadisan, kenistaan jin masih bisa dikalahkan oleh yang namanya manusia, tidak ada jin yang membuang anak sendiri tapi manusia banyak yang melakukannya, tidak ada jin yang membunuh jin lainnya tapi banyak terjadi di kalakangan manusia, tidak ada jin yang pemalas tapi manusia banyak sekali yang malas. | Kebaikan, kesetiaan, Kepatuhan malaikat pun bahkan bisa dikalahkan oleh manusia. Malaikat tidak diberi kedermawanan sedermawan manusia bernama Ali bin Abi Thalib, malaikat tidak bisa menembus sidhratul muntaha kecuali seorang manusia, nabi besar Muhammad SAWW, malaikat tidak bisa setia hingga berani berkorban seperti Husein bin Ali bin Abi Thalib.
  3. Manusia diberi kemampuan untuk mencapai Sidhratul Muntaha, yaitu Nabi Muhammad SAWW, seperti yang telah diriwayatkan dalam salah satu hadits mikraj yang
    menyebutkan bahwa sesampainya Rasulullah saw dan malaikat Jibril di sidratul muntaha, Jibril as berkata kepada Nabi saw: “wahai Muhammad, pergilah kau (ke derajat berikutnya) sendiri”. Kemudian Nabi saw berkata kepada Jibril: “wahai saudaraku Jibril, apakah didalam keadaan seperti ini kau akan meninggalkanku sendiri?” Maka Jibril as berkata: “jika aku julurkan ujung jariku saja (kederajat selanjutnya) maka aku akan terbakar.”
  4. Manusia sebagai satu-satunya mahluk yang dijadikan khalifah di muka bumi, sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka (malaikat) berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu mahluk yang akan membuat kerusakan pada dirinya sendiri dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Kemudian Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
    Maksud dari ayat ini sebetulnya setelah menunjuk manusia yang disucikan oleh Allah swt sebagai khalifah, lalu Allah juga memeri lowongan untuk manusia-manusia lainnya untuk menjadi khalifah juga yang bisa menjaga, memelihara dan merawat dunia. Lalu bagaimana caranya? Yaitu dengan ILMU.

Rasa syukur yang selanjutnya adalah menjadi Muslim

Ayo, siapa yang tahu? Kenapa kita harus bersyukur karena menjadi Muslim?? Jawabannya yaitu karena sebagai Muslim, apapun madzhabnya, apapun alirannya, kita sudah diberi bekal sedari dini, yaitu kalimah “Laa Ilaaha Ilallah, Muhammad Rasulullah” sebagai Kunci Surga, atau kalau para pemain Hi-Tech, disebut Password. Tetapi jangan senang dulu, karena kita dari kecil sudah diberi password untuk masuk surga, jadi sudah dijamin, tidak begitu, sesuai dengan judul tulisan ini, “Syahadat Sampai Mati”, pertanyaannya adalah, apakah password itu kita pegang sampai ajal menjemput? Karena tidak sedikit orang muslim yang ketika ajal, entah itu lupa atau tidak ingat atau bahkan tidak pernah tau kalimah syahadat, sehingga dia meninggal dalam keadaan tanpa tujuan atau bahkan kafir. Naudzubillahimindalik.

Tinggalkan komentar